Kisah lesbian dan kesadaran akan orientasi seksualnya
Kaum lesbian seringkali memiliki pengalaman seksualitas berbeda dari pria gay, dan memiliki pemahaman etiologi berbeda, di mana studi-studi etiologi banyak berfokus terutama pada pria.
Dalam sebuah survei surat tahun 1970-an oleh Shere Hite di Amerika Serikat, kalangan lesbian menyatakan alasan mereka menjadi lesbian. Ini adalah satu-satunya penelitian utama seksualitas perempuan yang telah mempelajari bagaimana perempuan memahami menjadi homoseksual sejak Kinsey pada tahun 1953. Penelitian ini menghasilkan informasi tentang pemahaman umum perempuan dalam hubungan lesbian dan orientasi seksual mereka.
Kaum perempuan berbicara tentang social conditioning, yang membuat "hampir mustahil bagi saya untuk memiliki hubungan seksual yang benar-benar sehat dengan seorang pria".[82]Perempuan lain menyatakan bahwa karena kondisi mereka "perempuan jauh lebih peka terhadap kebutuhan orang lain", maka "kegiatan seksual lebih baik secara fisik dan emosional dengan perempuan", juga mengungkapkan dia lebih menyukai simetri kekuasaan dan estetika antar perempuan.[82] Beberapa perempuan mengungkapkan, "secara pribadi saya lebih suka perempuan, mereka lebih lembut dan penuh kasih kasayang",[82] dan beberapa bicara tentang bagaimana mereka menemukan hubungan emosional dengan wanita lebih memuaskan dibandingkan dengan laki-laki, perempuan menjadikan saya lebih kreatif dan serba bisa. Seorang wanita melaporkan lebih mudah baginya "untuk menyerahkan diri secara emosional terhadap wanita".[82] Seorang wanita yang telah menjadi lesbian selama dua tahun mengatakan ia menjumpai hubungan seksual dengan perempuan lebih menyenangkan baik pada tingkat psikologis maupun fisik daripada dengan laki-laki, hal ini "dikarenakan wanita-wanita yang pernah berhubungan seks dengan saya telah menjadi teman saya telah sebelumnya, yang tidak pernah terjadi dengan laki-laki. Dengan berteman akan terbangun rasa percaya yang saya pikir sangat penting untuk kepuasan keintiman fisik. Berkaitan dengan wanita lain secara fisik nampak seperti hal yang paling alami di dunia. Anda sudah mengetahui bagaimana memberikan ia kesenangan. Kelembutan tampaknya menjadi kunci, dan merupakan perbedaan utama hubungan dengan pria dan wanita."[82] Perempuan berbicara tentang perempuan menjadi pasangan seksual lebih baik dan itu merupakan hal pokok: "Saya menemukan perempuan adalah kekasih yang lebih unggul; mereka tahu apa yang wanita inginkan dan hampir semua punya kedekatan emosional yang tidak pernah dapat dicocokkan dengan seorang pria. Lebih lembut, lebih menimbang dan memahami perasaan, dll"[82] Pandangan muncul dikarenakan laki-laki dianggap sebagai individu yang kaku secara "seksual atau emosional atau lainnya", dan lesbianisme dianggap "sebagai alternatif untuk abstinensi" dan untuk laki-laki umumnya.[82] Pria dianggap layaknya seorang anak kecil, sementara hubungan dengan perempuan digambarkan lebih sebagai "persekutuan diri".[82] Hubungan seks serta hubungan dengan wanita dipandang sebagai cara untuk memperoleh kemerdekaan dari laki-laki; "hubungan seks dengan perempuan berarti merdeka dari laki-laki."[82] Kinerja seksual laki-laki juga adalah masalah lain, "dua puluh menit dengan pria, setidaknya sama dengan satu jam dengan perempuan, atau biasanya lebih",[82] juga perhatian terhadap kebutuhan seksual wanita itu sendiri yang "nampak memiliki tingkat energi lebih berkelanjutan setelah orgasme, dan lebih mungkin untuk mengetahui dan melakukan sesuatu jika saya tidak puas".[82] Salah satu pemahaman tentang perbedaan itu adalah bahwa seks dengan wanita "bukanlah 'pertukaran' atau 'dagang' atau jasa", dan bukan terfokus pada orgasme, dengan "lebih berciuman dan berpegangan" dan "lebih perhatian terhadap kesenangan saya", seks dialami sebagai pembebasan. Seks dengan perempuan juga dipandang sebagai tindakan politik; "Saya melihat lesbianisme seperti menempatkan semua energi saya (seksual, sosial, politik, dll) ke wanita. Seks adalah suatu bentuk kenyamanan sementara berhubungan seks dengan laki-laki adalah untuk memberi mereka kenyamanan."[82]
Hite lebih peduli dengan apa yang dikatakan responden ketimbang data kuantitatif. Dia menemukan dua perbedaan paling signifikan antara pengalaman responden dengan laki-laki dan perempuan yaitu fokus pada rangsangan klitoris, dan keterlibatan emosional dan tanggapan orgasmik.[82] Sejak Hite melakukan penelitiannya, dia mengakui bahwa beberapa wanita mungkin telah memilih identitas politik seorang lesbian. Julie Bindel, seorang wartawan Inggris, menegaskan bahwa "politik lesbianisme terus membangun kesadaran hakiki karena memperkuat gagasan bahwa seksualitas adalah pilihan, dan kita tidak ditakdirkan pada nasib tertentu karena kromosom kita." baru-baru ini tahun 2009.[83]
Upaya mengubah orientasi seksual
Tidak ada studi ilmiah yang mampu menyimpulkan apakah upaya mengubah orientasi seksual berhasil mengubah orientasi seksual seseorang. Upaya-upaya tersebut menjadi pertentangan antara nilai-nilai yang dipegang oleh beberapa organisasi berbasis agama, di satu sisi, dan yang dimiliki oleh organisasi hak asasi lesbian, gay, dan biseksual dan Lembaga profesional dan ilmiah, di sisi lain. Konsensus lama dari ilmu-ilmu perilaku dan ilmu sosial dan pakar kesehatan dan kejiwaan adalah bahwa homoseksualitas merupakan variasi normal dan positif dari orientasi seksual manusia.[3] Asosiasi Psikologi Amerika mengatakan bahwa "kebanyakan orang merasakan sedikit atau tidak sama sekali pilihan tentang orientasi seksual mereka".[84]
Beberapa individu dan kelompok telah mengangkat ide homoseksualitas sebagai gejala cacat perkembangan atau kegagalan moral dan spiritual, dan berpendapat bahwa upaya mengubah orientasi seksual, termasuk upaya psikoterapi dan agama, dapat mengubah perasaan dan perilaku homoseksual. Banyak individu dan kelompok ini yang dimasukkan dalam konteks gerakan-gerakan politik keagamaan konservatif yang lebih besar yang telah mendukung stigmatisasi homoseksualitas atas alasan politik atau agama.[3]
Tidak ada lembaga kesehatan mental profesional yang menjatuhkan sanksi atas upaya pengubahan orientasi seksual dan hampir semua lembaga tersebut telah menerapkan pernyataan kebijakan yang memperingatkan para pakar dan masyarakat tentang pengobatan yang dimaksudkan untuk mengubah orientasi seksual. Lembaga-lembaga ini termasuk American Psychiatric Association, American Psychological Association, American Counseling Association, National Association of Social Workers di Amerika Serikat,[85] the Royal College of Psychiatrists,[86] dan Australian Psychological Society.[87] American Psychological Association dan the Royal College of Psychiatrists menyatakan kekhawatiran terhadap pandanganNARTH yang tidak didukung oleh ilmu pengetahuan dan menciptakan suatu lingkungan di mana prasangka dan diskriminasi dapat berkembang.[86][88]
American Psychological Association "mendorong para ahli kejiwaan agar menghindari penyalahan arti keberhasilan dalam upaya pengubahan orientasi seksual dengan mempromosikan atau menjanjikan perubahan orientasi seksual melalui pemberian bantuan kepada individu-individu yang tertekan dengan orientasi seksualnya sendiri atau orang lain, dan menyimpulkan bahwa manfaat yang dilaporkan peserta upaya pengubahan orientasi seksual dapat diperoleh melalui pendekatan tanpa usaha untuk mengubah orientasi seksualnya tersebut".[89]
Fluiditas orientasi
American Psychiatric Association (APA) telah menyatakan "beberapa orang meyakini bahwa orientasi seksual merupakan bawaan dan bersifat tetap, namun, orientasi seksual berkembang sepanjang riwayat hidup seseorang".[90] Dalam sebuah pernyataan bersama dengan organisasi-organisasi medis Amerika, APA mengatakan bahwa "masing-masing individu menyadari mereka adalah heteroseksual, gay, lesbian, atau biseksual pada waktu yang berlainan dalam hidupnya".[91] Sebuah laporan dari Centre for Addiction and Mental Healthmenyatakan: "Bagi beberapa orang, orientasi seksual berkelanjutan dan tidak berubah sepanjang hidup mereka. Bagi yang lain, orientasi seksual dapat bersifat cair dan berubah seiring waktu."[92] Hasil penelitian menunjukkan "cairnya ketertarikan, perilaku dan identitas perempuan lesbian, biseksual dan yang tanpa label dalam angka yang cukup tinggi."[93][94]
Gender dan fluiditas
Dalam sebuah penelitian tahun 2004, subjek perempuan (baik straight maupun lesbian) memperlihatkan sikap terangsang ketika melihat film-film erotis heteroseksual serta lesbian. Di antara subjek laki-laki, pria straight hanya oleh terangsang oleh film-film erotis dengan wanita, sementara pria gay terangsang oleh film erotis dengan laki-laki. Peneliti senior penelitian tersebut mengatakan bahwa hasrat seksual perempuan lebih fleksibel terhadap kedua jenis kelamin dibandingkan dengan pria, dan ia lebih dapat berubah dari waktu ke waktu.[95]
Pengasuhan
Penelitian ilmiah telah konsisten menunjukkan bahwa orang tua yang lesbian dan gay cocok dan mampu sebagai orang tua sama halnya dengan orang tua yang heteroseksual, dan anak-anak mereka sehat secara psikologis dan mampu menyesuaikan diri dengan baik seperti anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua heteroseksual.[96][97][98] Menurut tinjauan literatur ilmiah, tidak ada bukti sebaliknya.[2][99][100][101][102]
0 komentar:
Posting Komentar