Senin, 02 Januari 2012

Hukum, politik, masyarakat dan sosiologi homoseksual

Legalitas

██ Tidak ada informasi
Homoseksual legal██ Pernikahan sesama jenis██ Tipe berpasangan lain (atau "kumpul kebo")██ Pernikahan sesama jenis asing diakui██ Pasangan sesama jenis tidak diakui
Homoseksual ilegal██ Hukuman ringan██ Hukuman berat██ Dipenjara seumur hidup██ Hukuman mati

 l  b  s 
Mayoritas negara tidak menghalangi hubungan seks konsensual antara orang-orang yang tidak berhubungan di atas usia yang disetujui (usia dewasa). Beberapa wilayah hukum secara lebih lanjut mengakui persamaan dalam hak, perlindungan, dan keistimewaan bagi struktur keluarga pasangan sejenis, termasuk perkawinan. Beberapa negara membatasi diri hanya dalam hubungan heteroseksual, yaitu, bahwa dalam beberapa kegiatan yurisdiksi homoseksual adalah ilegal. Pelanggar dapat menghadapi hukuman mati di beberapa daerah Muslim fundamentalis seperti Iran dan bagian Nigeria. Bagaimanapun, sering sering didapati perbedaan yang signifikan antara kebijakan resmi dan penegakan hukum dalam keseharian.
Meskipun tindakan homoseksual tidak lagi dianggap tindak pidana di beberapa bagian dunia Barat, seperti Polandiapada tahun 1932, Denmark pada tahun 1933, Swedia pada tahun 1944, dan Britania Raya pada tahun 1967, dan tidak sampai pertengahan 1970-an komunitas gay pertama mulai mencapai hak-hak sipil terbatas di beberapa negara maju. Pada tanggal 2 Juli 2009, homoseksualitas dilegalkan di India oleh sebuah putusan Pengadilan Tinggi.[144] Sebuah titik balik dicapai pada tahun 1973 ketika American Psychiatric Association menghapus homoseksualitas dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, sehingga meniadakan definisi homoseksualitas sebelumnya yaitu sebagai gangguan mental klinis. Pada tahun 1977, Quebec menjadi yurisdiksi setingkat negara bagian pertama di dunia yang melarang diskriminasi atas dasar orientasi seksual. Selama tahun 1980-an dan 1990-an, mayoritas negara-negara maju memberlakukan hukum yang mendekriminalisasi perilaku homoseksual dan melarang diskriminasi terhadap kaum lesbian dan gay dalam pekerjaan, perumahan, dan layanan. Di sisi lain, banyak negara di Timur Tengah dan Afrika, serta beberapa negara di Asia, Karibia dan Pasifik Selatan, melarang homoseksualitas. Di enam negara, perilaku homoseksual dijatuhi hukumanpenjara seumur hidup ; dan di sepuluh negara lainnya, dijatuhi hukuman mati.[145]

Orientasi seksual dan hukum


Amerika Serikat
  • Diskriminasi pekerjaan mengacu kepada praktik-praktik kerja diskriminatif seperti bias dalam pengangkatan karyawan, promosi, penugasan pekerjaan, pemberhentian, dan kompensasi, serta berbagai jenis pelecehan. Di Amerika Serikat terdapat "sangat sedikit hukum tertulis, hukum tidak tertulis, dan hukum kasus yang membangun diskriminasi berdasarkan orientasi seksual yang dipandang salah secara hukum."[146] Namun, tersedia beberapa pengecualian dan strategi hukum alternatif. Executive Order 13087 yang dikeluarkan oleh Presiden Bill Clinton (1998) melarang diskriminasi berdasarkan orientasi seksual dalam persaingan kerja pegawai sipil federal,[147] dan non-pegawai sipil federal dapat memperoleh bantuan di bawah klausul proses penyiapan Konstitusi Amerika Serikat.[148] Sementara bagi para pekerja di sektor swasta memiliki dilindungi oleh Title VII di bawah teori quid pro quo pelecehan seksual,[149] teori "lingkungan kerja yang bermusuhan",[150] teori stereotip seksual,[151] dan lain-lain.[146]
  • Diskriminasi perumahan mengacu kepada diskriminasi terhadap calon penyewa atau penyewa saat ini oleh pemiliknya. Di Amerika Serikat, tidak ada hukum federal terhadap diskriminasi atas dasar orientasi seksual atau identitas gender, tapi setidaknya tiga belas negara bagian dan banyak kota-kota besar yang telah membuat hukum yang melarang hal itu.[152]
  • Kejahatan kebencian, juga disebut kejahatan bias, adalah kejahatan yang termotivasi oleh bias terhadap sebuah kelompok sosial tertentu, biasanya ditentukan oleh ras, agama, orientasi seksual, kecacatan, etnis, kebangsaan, usia, gender, identitas gender, atau afiliasi politik. Di Amerika Serikat, 45 negara bagian termasuk District of Columbia telah memiliki undang-undang yang mengkriminalisasikan berbagai jenis kekerasan atau intimidasi atas alasan bias (kecuali negara bagian AZ, GA, IN, SC, dan WY). Masing-masing undang-undang mencakup bias atas dasar ras, agama dan etnis; 32 negara bagian memasukkan orientasi seksual, 28 negara bagian memasukkan gender, dan 11 negara bagian memasukkan transgender/identitas gender.[153] Pada bulan Oktober 2009, Matthew Shepard and James Byrd, Jr. Hate Crimes Prevention Act, "... memberikan kekuasaan pada Departemen Kehakiman untuk menyelidiki dan mengadili kekerasan dengan alasan bias di mana pelaku telah memilih korban karena ras, warna kulit, agama, asal negara, jenis kelamin, orientasi seksual, identitas gender atau kecacatan fisik", telah disahkan sebagai hukum dan segala tindak kejahatan kebencian berdasarkan orientasi seksual (di antara berbagai alasan bias lainnya) adalah kejahatan federal di Amerika Serikat.[154]

Uni Eropa
Di Uni Eropa, diskriminasi berdasarkan orientasi seksual dilarang dalam Pasal 21 Charter of Fundamental Rights of the European Union.


Aktivisme politik

Barbara Gittings berdemonstrasi di Balai Kemerdekaan pada tanggal 4 Juli 1966. Foto diabadikan oleh Kay Lahusen.
Sejak 1960-an, banyak orang LGBT di Barat, terutama di kota-kota metropolitan, telah mengembangkan apa yang disebut sebagai "budaya gay". Bagi banyak orang, budaya gay dicontohkan melalui gerakan gay pride, dengan parade tahunan yang menampilkan bendera pelangi. Namun tidak semua orang LGBT memilih untuk berpartisipasi dalam "budaya aneh", dan banyak pria gay dan wanita khusus menolak untuk melakukannya. Untuk beberapa hal itu tampak seperti tampilan sembrono/urakan, atau semakin mengabadikan stereotip gay. Untuk beberapa orang lainnya, budaya gay mewakili heterofobia dan dikritik sebagai pelebaran jurang antara kaum gay dan non-gay.
Dengan mewabahnya AIDS pada awal tahun 1980-an, banyak kelompok dan individu LGBT mengatur kampanye untuk mempromosikan upaya pendidikan AIDS, pencegahan, penelitian, dukungan pasien, dan penjangkauan masyarakat, serta permintaan dukungan pemerintah untuk program ini. Gay Men's Health Crisis, Project Inform, dan ACT UP adalah beberapa contoh respon komunitas LGBT Amerika terhadap krisis AIDS.
Angka kematian yang mengejutkan yang ditimbulkan oleh penyakit AIDS pada awalnya nampak seolah-olah akan memperlambat kemajuan gerakan hak-hak gay, tetapi pada akhirnya hal tersebut mendorong beberapa bagian dari komunitas LGBT ke dalam layanan masyarakat dan aksi politik, dan menantang masyarakat heteroseksual untuk merespon dengan penuh kasih. Pada tahun 1996, film-film besar Amerika dari periode yang mendramatisasi respon individu dan masyarakat terhadap krisis AIDS ini di antaranya, An Early Frost (1985), Longtime Companion (1990), And the Band Played On (1993), Philadelphia (1993), dan Common Threads: Stories from the Quilt (1989) yang mengacu kepada NAMES Project AIDS Memorial Quilt, terakhir kali ditampilkan secara keseluruhan di National Mall Washington DC pada tahun 1996.
Para politikus gay telah menempati berbagai posisi di pemerintahan, bahkan di negara-negara yang memberlakukan hukum sodomi pada masa lalunya semisal Guido Westerwelle, wakil kanselir yang sekarang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri JermanPeter Mandelsonseorang menteri kabinet Partai Buruh Inggris, dan Per-Kristian Foss yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Keuangan Norwegia.
Gerakan LGBT ditentang oleh berbagai individu dan organisasi. Beberapa kaum sosial konservatif percaya bahwa semua hubungan seksual selain dengan pasangan lawan jenis merusak tatanan keluarga tradisional[155] dan bahwa anak-anak harus dibesarkan dalam sebuah rumah dengan ayah dan ibu.[156][157] Ada kekhawatiran bahwa hak-hak gay mungkin bertentangan dengan kebebasan bicara individu,[158][159][160][161][162] kebebasan beragama di tempat kerja,[163][164] kemampuan untuk menjalankan gereja,[165] organisasi amal[166][167]dan organisasi keagamaan lainnya[168] sesuai dengan pandangan keagamaan seseorang, dan bahwa penerimaan hubungan homoseksual oleh organisasi keagamaan dapat dipaksa melalui pengancaman penghapusan status bebas pajak gereja yang pandangannya tidak sejalan dengan orang-orang pemerintahan.[169][170][171][172]
Sejumlah kritikus menuduh bahwa kebenaran politik telah menyebabkan kaitan antara perilaku seks antar pria dan HIV diremehkan.[173][174]


Kemitraan

Pada tahun 2006, American Psychological Association, American Psychiatric Association dan National Association of Social Workers mengemukakan pernyataannya dalam Amicus Brief yang disampaikan kepada Mahkamah Agung Negara Bagian California: "Pria gay dan lesbian membentuk hubungan yang stabil dan berkomitmen yang setara dengan hubungan heteroseksual pada hal-hal penting. Lembaga pernikahan menawarkan manfaat sosial, psikologis, dan kesehatan yang tidak diberikan bagi pasangan sesama jenis. Dengan menolak hak menikah pasangan sesama jenis, negara memperkuat dan melanggengkan stigma yang sepanjang sejarah telah dikaitkan dengan homoseksualitas. Homoseksualitas tetap menjadi stigma, dan stigma ini memiliki konsekuensi negatif. Larangan yang dikeluarkan negara bagian California tentang pernikahan sesama jenis mencerminkan dan memperkuat stigma ini". Mereka menyimpulkan: "Tidak ada dasar-dasar ilmiah yang dapat membedakan antara pasangan sesama jenis dan heteroseksual sehubungan dengan hak-hak hukum, kewajiban, manfaat, dan beban yang diberikan oleh perkawinan sipil."[2]


Militer

Tentara AS mendefinisikan perilaku homoseksual sebagai "sebuah tindakan atau pernyataan oleh seorang tentara yang menunjukkan kecenderungan atau niat untuk terlibat dalam tindakan homoseksual, permohonan lain untuk terlibat dalam tindakan homoseksual, atau pernikahan atau percobaan pernikahan sesama jenis."[175]
Kebijakan dan sikap terhadap personel militer gay dan lesbian berbeda di berbagai belahan dunia. Beberapa negara memungkinkan pria gay, lesbian, biseksual dan orang-orang untuk secara terbuka memberikan pelayanan militer dan telah memberikan mereka hak yang sama dan keistimewaan seperti rekan-rekan heteroseksual mereka. Banyak negara yang tidak melarang atau mendukung personel militer LGB. Beberapa negara tetap melarang keberadaan personel yang homoseksual.
Mayoritas kesatuan militer Barat telah menghapus kebijakan yang mengucilkan anggota minoritas seksual. Dari 26 negara yang berpartisipasi dalam NATO, lebih dari 20 negara mengizinkan gay, lesbian dan biseksual untuk memberi pelayanan militer. Dari anggota tetap Dewan Keamanan PBB, dua negara (Britania Raya dan Perancis) memberikan izin tersebut. Tiga lainnya tidak: Cina sepenuhnya melarang gay dan lesbian, Rusia tidak memasukkan personel gay dan lesbian selama masa damai namun memungkinkan beberapa personel gay untuk mengabdi dalam masa perang, dan Amerika Serikat (dengan kebijakan Don't Ask, Don't Tell) secara teknis memungkinkan orang gay dan lesbian untuk melayani, tetapi secara rahasia dan selibat. Israel adalah satu-satunya negara di kawasan Timur Tengah yang memungkinkan individu LGB melayani di militer secara terbuka.
Sementara pertanyaan tentang homoseksualitas dalam militer telah sangat dipolitisasi di Amerika Serikat, hal ini tidak selalu demikian di banyak negara lainnya. Secara umum, seksualitas dalam latar belakang budaya di negara-negara lain dianggap sebagai aspek pribadi dari identitas seseorang ketimbang di Amerika Serikat.
Menurut American Psychological Association bukti empiris gagal untuk menunjukkan bahwa orientasi seksual erat kaitannya dengan aspek-aspek efektivitas militer seperti kesatuan unit, moral, perekrutan dan retensi.[176] Orientasi seksual tidak relevan dengan kohesi tugas militer, yang merupakan satu-satunya jenis kohesi yang secara kritis memprediksi kesiapan dan keberhasilan tim militer.[177]
Pada tanggal 18 Maret 2010, setelah Presiden AS Obama mengumumkan bahwa ia ingin menghapus kebijakan Don't Ask, Don't Tell, mantan jendral peringkat tinggi NATO, John Sheehan, menyalahkan keberadaan homoseksual di satuan militer Belanda atas jatuhnya Srebrenica ke tangan milisi Serbia dalam Perang Bosnia lima belas tahun yang lalu. Ia menyatakan bahwa homoseksual telah melemahkan batalyon PBB Belanda yang didakwa melindungi daerah kantong itu. Di Senat AS, Sheehan mengatakan bahwa negara-negara Eropa telah mencoba untuk "menyosialisasikan" angkatan bersenjata mereka dengan terlalu mudah membiarkan orang memberikan pelayanan militer, yang menurut dia telah melemahkan kekuatan militer. Dia mendaku bahwa pendapatnya digunakan oleh pimpinan angkatan bersenjata Belanda, "Hankman Berman", kemungkinan besar mengacu kepada kepala staf pertahanan Belanda, Henk van den Breemen.[178] Pemerintah Belanda menampik pernyataan Sheehan, menyebutnya "tercela" dan "tidak masuk akal".[179][180][181][182][183]


Agama

Meskipun hubungan antara homoseksualitas dan agama dapat sangat bervariasi sepanjang waktu dan di sejumlah tempat, di dalam dan antara berbagai agama dan sekte, dan berbagai bentuk homoseksualitas dan biseksualitas, badan otoritatif saat ini dan doktrin agama terbesar di dunia umumnya melihat homoseksualitas sebagai sesuatu yang negatif. Hal ini dapat berkisar dari diam-diam menolak aktivitas homoseksual, hingga melarang praktik hubungan seksual sesama jenis antarumat secara eksplisit dan secara aktif menentang penerimaan sosial terhadap homoseksualitas. Beberapa pihak mengajarkan bahwa orientasi homoseksual itu sendiri adalah dosa,[184] sementara Gereja Katolik menegaskan bahwa hanya tindakan seksual yang berdosa.[185] Beberapa pihak mendaku bahwa homoseksualitas dapat disembuhkan melalui iman dan praktik keagamaan. Di sisi lain, terdapat suara-suara dari internal agama-agama ini yang memandang homoseksualitas lebih positif, bahkan denominasi agama yang liberal memungkinkan untuk memberkati pernikahan sesama jenis. Terdapat juga pihak yang memandang percintaan dan seksualitas sesama jenis sebagai sesuatu yang suci/sakral, dan mitologi cinta sesama jenis dapat ditemukan di berbagai penjuru dunia. Terlepas dari pandangan mereka tentang homoseksualitas, banyak individu dari kalangan religius yang menjadikan kitab suci dan tradisi sebagai bimbingan untuk masalah ini.


Heteroseksisme dan homofobia

Demonstrasi di New York City menentangUndang-undang Anti-HomoseksualitasUganda.
Dalam banyak budaya, individu homoseksual sering tunduk kepada prasangka dan diskriminasi. Serupa dengan kelompok-kelompok minoritas yang lain mereka juga dapat menjadi subjek penstereotipan. Sikap ini cenderung karena bentuk homofobia dan heteroseksisme (negatif sikap , bias, dan diskriminasi dalam mendukung seksualitas dan hubungan lawan jenis). Heteroseksisme dapat mencakup anggapan bahwa setiap individu heteroseksual atau bahwa ketertarikan dan hubungan lawan jenis adalah norma dan karena itu bersifat superior. Homofobia adalah ketakutan, keengganan, atau diskriminasi terhadap individu homoseksual. Homofobia termanifestasi dalam bentuk yang berbeda, dan sejumlah jenis telah diklasifikasikan, di antaranya adalah homofobia internal/personal, homofobia sosial, homofobia emosional, homofobia yang dirasionalisasikan, dan lain-lain.[186] Serupa dengan lesbofobia (khusus pada lesbian) dan bifobia (terhadap individu biseksual). Ketika sikap anti tersebut termanifestasi dalam bentuk kejahatan, ia lebih dikenal dengan sebutan kejahatan kebencian dan intimidasi gay.
Stereotip negatif mencirikan individu LGB kurang stabil secara romantis, lebih mudah bergonta-ganti pasangan dan lebih cenderung melakukan tindak kekerasan terhadap anak-anak, namun tidak ada dasar ilmiah untuk pernyataan tersebut. Laki-laki gay dan lesbian membentuk komitmen hubungan yang stabil, yang setara dengan hubungan heteroseksual dalam hal-hal pokok.[2] Orientasi seksual tidak mempengaruhi kemungkinan bahwa seseorang akan melakukan tindak kekerasan terhadap anak-anak.[187][188][189] Klaim yang menyatakan bahwa terdapat bukti-bukti ilmiah yang mendukung hubungan antara menjadi gay dan menjadi pedofil adalah didasarkan pada penyalahgunaan istilah-istilah dan kekeliruan dalam bukti-bukti aktual.[188]


Kekerasan terhadap orang-orang gay dan lesbian

Di Amerika Serikat, FBI melaporkan bahwa 15,6% dari kejahatan kebencian yang dilaporkan ke kepolisian pada tahun 2004 didasarkan kepada orientasi seksual. 61% di antaranya terjadi pada korban gay (laki-laki homoseksual).[190] Pembunuhan Matthew Shepard - seorang mahasiswa gay - pada tahun 1998 merupakan insiden yang terkenal di Amerika Serikat.


Perilaku homoseksual pada hewan

Roy dan Silo, dua penguin chinstrapjantan di Kebun Binatang Central Park New York yang mirip dengan yang digambarkan, dikenal secara internasional ketika mereka berpasangan dan kemudian diberi telur yang berhasil mereka rawat dan tetaskan.[191]
Perilaku homoseksual pada hewan mengacu kepada bukti yang terdokumentasi dari perilaku homoseksual, biseksual dan transgender pada binatang. Perilaku tersebut termasuk seks, pencarian pasangan, kasih sayang, ikatan pasangan, dan pengasuhan.[19] Perilaku homoseksual dan biseksual tersebar luas dalam kerajaan hewan: tinjauan tahun 1999 oleh peneliti Bruce Bagemihl menunjukkan bahwa perilaku homoseksual telah diamati di hampir 1500 spesies, mulai dari primata hingga cacing usus, dan 500 di antaranya didokumentasikan dengan baik.[19][22] Perilaku seksual hewan mengambil berbagai bentuk, bahkan dalam sesama spesies. Motivasi untuk dan implikasi dari perilaku tersebut belum sepenuhnya dipahami, karena sebagian besar spesies belum sepenuhnya diteliti.[192] Menurut Bagemihl, "kerajaan hewan memiliki keragaman seksual jauh lebih besar (homoseksual, biseksual dan seks non-reproduktif) ketimbang komunitas ilmiah dan masyarakat pada umumnya dalam penerimaan seksualitas."[193]

0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

 

©2009 SEKS & GAIRAH | by TNB