Artika Tak Setuju Pembagian Kondom
Menurutnya, hal itu sama saja mengajarkan seks bebas. Aborsi pun jadi salah satu akibat.
Artika Sari Devi (VIVAnews/Windratie)
VIVAnews - Artika Sari Devi bercerita tentang sepupunya di Belanda. Di sana remaja belasan tahun diberi kondom gratis. Puteri Indonesia 2004 itu tak setuju kampanye serupa dilakukan di Tanah Air.
"Selain akan memancing seks bebas. Kalau tidak hati-hati akan jadi fator aborsi juga," kata Artika kepada VIVAnews di kantor Nagaswara Jalan Johar Baru, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 4 Maret 2009.
Istri Baim itu tak setuju pembekalan kondom itu dianggap pembenaran seks di luar nikah. Kondom, kata Artika, digunakan untuk mencegah virus HIV/AIDS. Bukan untuk mencegah terjadinya praktek aborsi.
Seleb kelahiran Bangka Belitung 29 tahun silam itu prihatin akan maraknya aborsi di kalangan remaja. Ia menyayangkan, tidak hanya remaja, tapi siapapun yang melakukan aborsi untuk kepentingan pribadi. "Saya menilai itu tindakan berdosa sekali. Tidak manusiawi," Artika berujar.
Karena itu, butuh lebih dari sekadar upaya preventif dari masyarakat dan pemerintah. Kalangan remaja, menurut Artika harus disadarkan akan dosa dan kerugian praktek aborsi.
"Peran keluarga dan orang tua harus dikedepankan dalam hal ini. Orang tua harus melindungi anaknya dari pengaruh seksualitas yang tidak bertanggungjawab," Artika berujar.
Selain itu, pemerintah wajib menindak oknum yang masih menjadikan perempuan sebagai komoditi. Banyaknya perdagangan gadis remaja juga ikut andil dalam meningkatnya angka aborsi di negeri ini.
"Selain akan memancing seks bebas. Kalau tidak hati-hati akan jadi fator aborsi juga," kata Artika kepada VIVAnews di kantor Nagaswara Jalan Johar Baru, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 4 Maret 2009.
Istri Baim itu tak setuju pembekalan kondom itu dianggap pembenaran seks di luar nikah. Kondom, kata Artika, digunakan untuk mencegah virus HIV/AIDS. Bukan untuk mencegah terjadinya praktek aborsi.
Seleb kelahiran Bangka Belitung 29 tahun silam itu prihatin akan maraknya aborsi di kalangan remaja. Ia menyayangkan, tidak hanya remaja, tapi siapapun yang melakukan aborsi untuk kepentingan pribadi. "Saya menilai itu tindakan berdosa sekali. Tidak manusiawi," Artika berujar.
Karena itu, butuh lebih dari sekadar upaya preventif dari masyarakat dan pemerintah. Kalangan remaja, menurut Artika harus disadarkan akan dosa dan kerugian praktek aborsi.
"Peran keluarga dan orang tua harus dikedepankan dalam hal ini. Orang tua harus melindungi anaknya dari pengaruh seksualitas yang tidak bertanggungjawab," Artika berujar.
Selain itu, pemerintah wajib menindak oknum yang masih menjadikan perempuan sebagai komoditi. Banyaknya perdagangan gadis remaja juga ikut andil dalam meningkatnya angka aborsi di negeri ini.
0 komentar:
Posting Komentar